13 Oktober 2010

tentang cropping

kemarin kalian sudah melakukan cropping, dan berpendapat dengan selera masing-masing. kenapa harus berpendapat sendiri-sendiri, sebenarnya tidak ada yang baku dalam menampilkan sebuah gambar, saya sendiri selama ini ketika melihat foto-foto dari teman-teman online kadang tidak setuju dengan suatu gambar, namun ternyata gambar tersebut dipuji banyak orang.
memang kadang seorang fotografer atau bahkan seorang seniman mempunyai ego masing-masing dalam
mengekspresikan suatu bentuk untuk maksud tertentu dengan karya seni yang dibuatnya, yang kadang dengan mudah dipahami atau kadang tidak mudah dipahami kecuali oleh orang yang sealiran dengan dirinya.
jadi sangat tergantung dari selera masing-masing dan apakah selera yang dimiliki seorang pribadi disukai atau tidak yang akhirnya dia diakui kredibilitasnya oleh masyarakat.

kembali ke masalah cropping, kenapa harus cropping. kadang dalam pengambilan kita tidak sempurna dalam komposisi...(hati-hati dengan istilah komposisi" yang bisa bias, yang kadang dihubungkan dengan tonal (warna) suatu gambar),
komposisi disini saya maksudkan dengan bagaimana kita meletakkan POI (point of interest) atau titik tumpu/obyek yang ingin ditampilkan pada suatu bidang gambar. (coba baca lagi tentang aturan 1/3, 2/3, fibonacci dsb). sehingga dengan meletakkan POI yang sesuai suatu gambar lebih enak dilihat dan dengan mudah ditangkap maksud dan tujuan dari pengambilan gambar tersebut.
coba perhatikan hasil crop saya:

gimana!....coba kalian amati kembali dari beberapa gambar yang ada!...

perlu diperhatikan dalam mengcrop, memang tidak ada aturan, namun alangkah baiknya kalian perhatikan perbandingan panjang kali lebar, usahakan gunakan perbandingan 1:1 (persegi), 3:4 baik landscape atau potrait, atau 16:9 untuk landscape (biasanya bagus kalau untuk foto landscape/pemandangan), kenapa 3:4 atau 16:9, coba perhatikan kembali monitor komputer kalian, atau lihat monitor TV walaupun ukurannya ada yang besar atau kecil (berapa inch), baik yang pakai tabung atau lcd akan selalu menggunakan perbandingan tersebut, kenapa?
3:4 adalah standar tabung lama, dan akhirnya disempurnakan 16:9 karena berdasar penelitian bahwa mata manusia akan mampu melihat dengan baik pada bidang 2D dengan perbandingan tersebut,
perhatikan rata-rata laptop sekarang, atau mungkin lihat layar bioskop yang sudah sejak dahulu menggunkan perbandingan tersebut, atau lihat TV LCD digital modern  terbaru.
ikuti saja kebiasaan ini baru kemudian kalian nanti akan tahu kapan menggunakan atau tidak

perlukah kita mengcrop atau setiap kali mengambil gambar apakah harus atau dicrop atau dengan crop kita jadi bisa mengambil gambar sembarangan!

tujuan latihan crop ini adalah kalian bisa meletakkan komposisi gambar dengan baik,
dan sebaiknya, seharusnya gambar yang kita take/shoot dari  sudah bisa langsung dipakai dan usahakan tidak/sedikit mengcrop, kenapa?
perhatikan lagi gambar yang saya crop diatas, sekilas memang enak? (mode narsis dan gaya, wkwkkkwk ), namun coba perhatikan lebih detil, gambar yang dilakukan crop ketat (banyak cropingnya) cenderung akan kelihatan noisenya, karena gambar akan dipaksa diperbesar
kadang dalam lomba fotografi mencantumkan batas maksimal cropping yang boleh dilakukan (20-30%) seperti http://www.facebook.com/?sk=messages#!/topic.php?uid=148380108535210&topic=356
dan seorang fotografer akan diakui kemampuan fotografinya ketika dia mampu memberikan komposisi terbaik hasil bidikan lobang intip kamera, dan bukan memakai software (walaupun tidak ada yang melarang, he he he :P)

banyak melihat, banyak berlatih, dan wujudkan style kalian sendiri, semoga bermanfaat

2 komentar:

  1. wah.. iya ustad.. indah itu memang relatif..
    jadi, seharusnya tiada yg disalahkan.. karna, sii creator gambar tsb. benar2 menikmati jerih payahnya..
    hehe

    BalasHapus
  2. Indah di pandang mata....

    BalasHapus